Dalam perjalanan hidup saya, begitu banyak masalah yang hadir yang menormalkan saya menjadi manusia. Entah kalau tidak ada masalah rasanya sulit untuk mengakui diri saya sebagai manusia. Masalah hadir bukan hanya sebagai pelengkap, tapi sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Saya tidak memuji masalah, bahkan kadang saya juga menghindarinya. Sepercuma membuang garam di lautan, semakin kita menghindari masalah akan menjadi momok yang menakutkan dan merongrong hidup kita setiap saat. Padahal setiap orang mendapat jatah masalah tersendiri dalam hidupnya.
Dari sekian banyak masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita, salah satu yang menarik perhatian saya adalah harmonisasi antara anak dan orang tua. Saya bukan pendengar yang baik juga bukan seorang problem solver yang jitu jadi tak banyak yang menumpahkan keluh kesahnya terhadap saya. Tapi ada beberapa orang yang sudah terlanjur salah menilai saya, dan mereka terbuka mengenai konflik kelurganya.
Buat saya, sebagian masalah yang muncul antara orang tua dan anak adalah masalah komunikasi dan asumsi yang terlanjur menjadi stigma dan disakralkan oleh orang tua dan anak di dunia. Orang tua seringkali menganggap mereka tahu keinginan anaknya bahkan melebihi pengetahuan si anak sendiri, mereka mewariskan apa yang orang tua mereka ajarkan secara turun temurun. Padahal setiap anak memiliki karakter tersendiri dan cara menyampaikan kasih sayang dan mendidiknya membutuhkan pola tersendiri.
Si anak, yang terlanjur dididik seperti itu, akan mengkultuskan orang tuanya. Menganggap orang tuanya sebagai makhluk asing yang harus selalu dipatuhi dan diikuti perintahnya. Sang anak menajdi takut utuk mengembangkan diri. Sejak lahir orang tua mentargetkan anaknya menjadi ini dan itu. Seolah stempel profesi sudah disematkan di dahi sang anak yang masih merah. Stigma ini berlanjut dan manjadi patologi yang tak pernah usai.
Buat saya sebenarnya sederhana. Sebagai orang tua, cobalah liat si anak bukan sebagai anak, melainkan sahabat yang dengannya kita dapat terbuka dan berbagi. Tanyakan keinginananya, keluh kesahnya, masalah yang dihadapinya dalam kesehariannya. Jangan judge dia karena kesalahannya, dia butuh proses untuk bertanggung jawab atas semua tindakannya. Beri dia kepercayaan untuk menjadi apa yang dia mau, ketika mulai melenceng, arahkan dia. Komuikasi ini akan membuat dia merasa nyaman dan tidak takut lagi untuk terbuka.
Sebagai anak, cobalah liat sisi lain dari orang tua. Liat mereka sebagai manusia biasa. Mereka bukanlah tuhan yang tahu segalanya. Kesalahan mereka dalam mendidik mungkin karena ketidaktahuan mereka tentang karakter kita dan kemauan kita. Mereka tidak semenakutkan yang kita pikirkan. Mulai terbukalah dan bicarakan apa yang menjadi ganjalan dalam hubungan kamu dan orang tua..
Ini hanya sekian persen dari seratus persen masalah yang mengganjal hidup kita, banyak hal yang mampu kita lakukan dan selesaikan dan saya yakin hal ini pun dapat kita selesaikan dengan baik..