Aku ingin bilang, aku paham keraguanmu. Namun tidak sepatah kata pun yang keluar. Aku ingin bilang, aku mengerti ketakutanmu untuk memulai dan sendiri menjadi pilihan paling masuk akal buatmu.
Aku ingin kamu tahu bahwa aku memahamimu, tapi, entah kenapa di saat seperti ini aku justru kehilangan kemampuan berkata-kata. Di saat kamu butuh dikuatkan dan diyakinkan.
Barangkali, kebisuan menjadi hadiah untuk akhir sebuah pertemuan. Sebab ‘sementara’ yang kamu ucapkan di ujung pertemuan, menjadi akhir segalanya. Kamu menutup pintu rapat-rapat untuk semua hal yang berkaitan dengan kita.
Tapi, kalau aku masih punya kesempatan untuk menjawab, aku memilih untuk tetap ada di sini.
Duduk di sampingmu. Melihatmu gemetar menahan tangis ketika bercerita tentang kekecewaan. Di tengah tangismu yang belum yang reda, kamu melanjutkan cerita, tentang tanggung jawab, tentang membahagiakan orang-orang tersayang, tentang impian, harapan, rencana-rencana yang telah kamu susun dan ingin segera kamu wujudkan.
Matamu yang memerah itu menatapku ketika punggung tanganku menyentuh pipimu, menghapus air matamu. Tangan tirusmu meraih tanganku, menggenggamnya erat. Aku ada, selalu ada, di sini, di sampingmu, menemanimu, kataku, membuat tubuhmu yang sempat kaku berangsur mengendur. Kubiarkan kamu bersembunyi di pelukanku.
Aku ingin di sampingmu. Menemanimu melewati semua-semuanya. Menjalani semua fase hidup bersamamu. Aku ingin terus berjalan bersamamu. Menginjak tempat-tempat baru, melakukan hal-hal baru. Mengulang kecupan yang sama, pelukan yang lebih erat dari sebelumnya.
Kamu perjalanan terjauh yang pernah aku punya.
Kalau kamu perlu lebih banyak waktu untuk punya keberanian dan bisa kembali percaya, silakan ambil sebanyak yang kamu mau. Aku mau menunggu dan jangan pernah suruh aku pergi.*
*video klip Orang Biasa – Glenn Fredly