pagi yang muram dan harap yang mati. ia telah mati dibunuh kegagalan, ditikam kekecewaan.
barangkali di seberang sana, harap baru telah menanti. perjalanan ini harus dimulai, meski seorang diri. tidak ada keluarga, tidak ada teman. memutus hubungan dengan semua orang yang dikenal. memulai perjalanan untuk menemukan. ketika gigil datang, kupeluk diriku seorang. ketika kesepian datang, kuberbincang seorang. tangis mungkin pecah, marah yang meledak, sesunyi-sunyinya sepi, seorang diri.


apakah semua kekecewaan telah hilang?
barangkali tidak, dia ada, mengendap dalam diri kita. ada begitu banyak sisi-sisi hidup yang menuntut perhatian dan kekecewaan di masa lalu tidak sempat untuk diperhatikan sehingga dia menumpuk dengan tumpukan kekecewaan lainnya. kita hidup dengan membawa kekecewaan dan penyesalan dalam diri kita. kadang tenang, sebab dia tenggelam dalam kegiatan yang kita lakukan. kadang muncul ke permukaan dan merusak banyak hal.
anehnya, satu kekecewaan menarik keluar kekecewaan lainnya yang terpendam dan menjerumuskan kita ke lubang keputusasaan. sedang, satu kebahagiaan tidak menarik kebahagiaan lainnya sehingga sulit untuk mensyukurinya.
ada waktu di mana kita mempertanyakan banyak hal. menyesali atas pilihan-pilihan yang kita buat yang berakhir pada kesalahan. mensyukuri atas pilihan yang ternyata membawa pada kebaikan. ada yang mengkalkulasi banyak hal dengan pengalaman-pengalaman, meski tak juga menjanjikan keberhasilan. ada yang bertindak tanpa memikirkan, nyatanya pilihan itu membawanya pada kebaikan – juga keburukan – karena tidak ada jaminan di sana.
kita mungkin tidak sempat menyelesaikan seluruh kekecewaan dalam diri kita. kita tetap memikulnya, membawanya dalam diri kita sambil menjalani sisi-sisi lain hidup kita.