Tidak Ada

Kebiasaan yang sulit saya tinggalkan adalah berimajinasi. Entah dari mana dunia itu hadir dan terkadang mengisi sela-sela waktu kosong dalam hidup saya, bahkan terkadang merebut waktu yang telah ada dan menduduki posisi pertama untuk dijalani. Imajinasi itu tak menghadirkan sesuatu yang bermanfaat untuk umat manusia, berbeda halnya dengan para ilmuan dan penemu-penemu teknologi, berimajinasi adalah sebagian proses berpikir dan akan berakhir dengan eksperimen lalu membuahkan teori atau teknologi untuk manusia. Imajinasi dalam kamus saya adalah merenungkan hal-hal remeh yang mungkin dialami oleh banyak orang tapi mungkin juga tidak. Bukankah terkadang kita lupa bahwa hal-hal remeh melengkapi kehidupan kita yang kompleks.

Semalaman suntuk saya terus bergeliat dengan kata “ada dan tidak ada”. Semuanya berawal dari film yang saya tonton, di ending film ini seorang ayah rela mengorbankan hidupnya agar putrinya bisa hidup dengan tunangannya. Dari sinilah pertanyaan ada dan tidak ada mampir dalam benak saya. Saya mulai membayangkan jika saya pergi meninggalkan satu persatu orang yang saya kasihi, entah itu pacar, orang tua, kakak, adik, isteri atau anak. Apakah saya masih bisa melihatnya atau menjadi roh egois yang tak lagi sibuk dengan perkara duniawi, dan malam panjang saya dimulai dengan pertanyaan ini.

Saya mulai membayangkan, kamu akan menangis semalaman suntuk dalam kamar birumu, mengunci pintu rapat-rapat agar tak ada orang yang mengusik. Kamu mengumpulkan benda-benda pemberianku, mengumpulkannya menjadi satu di atas tempat tidurmu masih dengan air mata yang tak berhenti meleleh. Kamu mulai memaki, mencela dan menyalahkan aku karena pergi meninggalakanmu, kamu mengutukku dan menganggapku ingkar karena tak menepati janji untuk selalu menjagamu. Kamu luapkan amarahmu pada benda-benda pemberianku dan akhirnya kau terlelp kelelahan sambil mendekap boneka dolphin biru yang ku beri saat ulang tahunmu yang 19.

Sinar matahari membangunkanmu melalui cahaya hangatnya yang masuk melalui celah-celah jendela. Wajahmu pucat, matamu bengkak, rambutmu berantakan dan suaramu habis yang tersisa hanyalah isak, serak. Kamu duduk di depan cermin besar tampat biasa kamu bersolek sebelum menemuiku, biasanya kamu menari, berjingkrak-jingkrak, mencoba satu baju dengan baju lainnya. tapi lihatlah kini wajah pucat pasi itu tak sedap dipandang, mata itu kosong dan cermin itu memantulkan kesedihan yang mendalam. Hitungan detik cermin besar itu hancur berkeping-keping, kosmetik mahalmu mulai beterbangan menambah barantakan ruang kamarmu. Suara ketuk pintu sedari semalam tak kamu gubris, kamu mulai histeris lagi dan meraung sejadi-jadinya dan raunganmu berhenti saat peluk hangat ibumu mendekap tubumu, setelah pintu itu berhasil didobrak paksa.

Kamu mulai tenang, emosimu mulai teratur tapi mata indahmu tetap berkaca-kaca, mata itu tak pernah kering meski sejenak. Kamu mulai mencari-cari sesuatu dalam lemari pakaianmu. Baju hitam, kerudung hitam, kaca mata hitam dan payung hitam, aksesoris komplit untuk hadir dalam acara pamakamanku. Tanganmu terus mencari hingga otakmu mulai tersadar bahwa kamu tak pernah memilikinya, kamu membenci hitam seperti kamu membenci kematian dan perpisahan. Yang kamu temukan adalah biru, lagi-lagi hanya biru segunung pakaianmu dan hanya didominasi oleh biru. Lalu kamu mengenakan setelan biru bukan karena tak ada warna lagi yang tersisa di lemarimu, karena kamu percaya aku mengenakan warna yang sama sepertimu, warna biru dongker kesukaanku.

Tapi kayakinanku goyah, ragu terlalu kuat mengikis karang keyakinanku. Aku mulai bertanya apakah kamu akan menangisiku, meraung sejadi-jadinya karena kehilanganku ? Apakah kamu akan mengenangku atau melupakanku? Apakah kamu memakiku, mencelaku hingga amarahmu tak dapat lagi kamu bendung? Apakah, dan apakah seterusnya terus menghantuiku.

Mata saya mulai mengantuk dan imajinasi itu pun mulai menghilang ditelan kantuk. Pukul 02.00 pagi, memang sebaiknya saya merenahkan tubuh. Hingga ingin terlelap pun hati kecil saya masih bertanya, apakah ada dan tidak ada. Lalu saya menyempatkan menulis di secarik kertas “ SEMOGA KAU MASIH MENGENANGKU, MESKI KINI AKU TAK ADA”

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar