Lelaki itu mati di sana, di sudut ruang gelap tak bernama. Seonggok mayat yang yang tak berharga, terbujur kaku dan membusuk. Belatung-belatung itu telah melaksanakan tugasnya, mengambil apa yang sudah takdirkan untuknya. Ulat-ulat kecil itu tak pernah bertanya siapa yang disantapanya, bagi mereka itulah tugas, itulah titah dari yang maha. Untuk apa meributkan hal yang tak penting.
Lelaki itu ingin dikremasi, berharap abu tulang-belulangnya ditaburkan di laut. Bukan karena dia begitu menyukai laut, dia hanya ingin menjadi bagian dari semesta, menjadi buih yang menyaksikan tingkah polah manusia. Dia tak ingin jasadnya dihimpit bumi, tak ingin jasadnya dikuliti belatung, tak ingin diziarahi dan tak ingin diingat kalau dia pernah ada. Dia ingin menjadi buih, menjadi abu dan tak pernah menjadi kenangan.
Tapi keyakinan yang dianutnya menghalanginya, dia harus dikubur layaknya manusia pada umumnya. Keinginan itu diutarakan kepada saudara-saudaranya, tapi tak ada yang mengizinkan. Dia marah, dia mengumpat tapi percuma kemarahannya tak digubris. Dia menawar pada tuhan tapi tuhan tak bergeming. Kemampuannya sebagai Head Marketing Division tak mempan merayu tuhan. Dia tidak dikremasi, tidak juga dikubur, dia mati di sudut ruang tak bernama, dikuliti belatung.
0 comments:
Posting Komentar