“Mau nyerah lagi sama bosan?” katamu sambil memutar-mutar
sedotan dalam gelas es teh manismu. Matamu tertuju pada gelas di hadapanmu,
posisi yang sama seperti tiga bulan lalu saat aku memutuskan untuk berhenti
dari pekerjaan dengan alasan yang kamu pertanyakan barusan. “Terserahlah, ini
sudah enam kali juga kamu lakukan dan tidak ada gunanya berdebat. Toh, kamu
juga akan melakukan apa yang kamu inginkan.”
Aku tak ingin menjelaskan apa pun, kamu pasti sudah hapal
kata-kata yang akan keluar dari mulutku. Tidak ada masalah dengan pekerjaan,
aku mengerjakannya sebisaku meski aku tahu itu jauh dari kata maksimal. Aku sadar,
aku adalah orang yang agak lambat belajar hal baru. Lelah tentu bukan alasan, bekerja dimana pun
selalu melelahkan. Tidak hanya tenaga tetapi pikiran.