“Mau nyerah lagi sama bosan?” katamu sambil memutar-mutar
sedotan dalam gelas es teh manismu. Matamu tertuju pada gelas di hadapanmu,
posisi yang sama seperti tiga bulan lalu saat aku memutuskan untuk berhenti
dari pekerjaan dengan alasan yang kamu pertanyakan barusan. “Terserahlah, ini
sudah enam kali juga kamu lakukan dan tidak ada gunanya berdebat. Toh, kamu
juga akan melakukan apa yang kamu inginkan.”
Aku tak ingin menjelaskan apa pun, kamu pasti sudah hapal
kata-kata yang akan keluar dari mulutku. Tidak ada masalah dengan pekerjaan,
aku mengerjakannya sebisaku meski aku tahu itu jauh dari kata maksimal. Aku sadar,
aku adalah orang yang agak lambat belajar hal baru. Lelah tentu bukan alasan, bekerja dimana pun
selalu melelahkan. Tidak hanya tenaga tetapi pikiran.
Lingkungan pekerjaanku biasa saja, tidak ada jauh berbeda dengan sebelumnya. Aku terbiasa bekerja
dengan lingkungan pekerjaan yang santai. Santai yang kumaksud tentu bukan tidak
bekerja tetapi pekerjaan yang tidak menuntutmu harus mengenakan pakaian formal
dan lingkungan yang memberikanmu kebebasan untuk sekedar menghabiskn sebatang
rokok di sela pekerjaan. Lingkungan yang dibangun dengan sistem kedekatan
emosional antara satu staff dan staff lainnya. Sejauh ini aku tidak ada
masalah, kalau pun ada-seperti di pekerjaan sebelumnya-aku bisa
menyelesaikannya dengan baik.
Aku hanya bosan dan daftar pertanyaan yang kubuat tak mampu
menjawab rasa bosan itu. Aku mulai berfikir realistis, berhenti untuk mencari
pekerjaan sesuai passion. Bukan berarti aku melupakannya begitu saja,
mungkin passionku bukan dalam hal
pekerjaan. Mungkin hal-hal di luar itu, hal yang mampu membuatku tetap waras di
luar pekerjaan yang memang bukan passionku. Tetapi kesadaran itu tak
juga mampu untuk membuatku bertahan.
“Maaf ya, aku bahkan belum sempat menabung untuk kita.”
“Nggak pa-pa, kan masih dua tahun lagi,” katamu sambil
menggenggam tangan kananku. “Aku berharap kedepan kamu nggak nyerah lagi sama
rasa bosan. Ini yang terakhir yah,
karena kita punya target dan rasanya sulit target kita tercapai kalo kamu masih
kaya gini.”
“Ini yang terakhir. Setelah ini, suka atau tidak suka bahkan
bosan sekali pun, aku akan bertahan. Demi kamu, demi kita.”
0 comments:
Posting Komentar