Kakiku bergetar hebat, peluh sebesar
biji jagung mulai membasahi dahiku, turun ke bawah dan membasahi kausku. Aku memicingkan mataku melihat segala sisi,
berharap tidak ada penjaga yang berhasil menangkapku. Jika ketauan, aku tak
tahu nasib sial apa yang kan menimpaku dan hukuman apa yang akan kuterima.
Aku baru saja mengendap-ngendap
masuk ke kawasan terlarang, orang-orang menyebutnya Tanah Gersang. Dari kabar yang kudengar, Tidak ada
yang berani melangkahkan kakinya ke tempat ini. Tempat dimana sisa-sisa radiasi
bekas bom atom pernah jatuh puluhan tahun lalu. jika
kamu memasuki daerah terlarang ini, maka kamu tak akan pernah kembali. Kalau pun kembali, sel-sel otrakmu sudah rusak dan menjadi gila. Mengamuk, maracau apa
saja.
Mataku menyisir segala arah, selain
menghindari dari patroli polisi, aku mencoba mencari kucing kesayanganku yang
hilang beberapa hari lalu. Seseorang pernah melihatnya masuk kawasan ini. Mama
sudah memperingatkan agar aku melupakan kucingku dan akan mencari penggantinya,
tapi aku sudah terlalu sayang padanya dan tidak mungkin menggantinya dengan
yang lain.
Aku menelusuri jalan yang diapit
oleh bangunan-bangunan yang hampir roboh. Cat mengelupas di seluruh sisi gedung, menandakan tidak ada
manusia yang tinggal dalam bengunan itu. Langkahku terhenti, saat menangkap
tulisan di sebuah kaca gedung, Kedai Kopi Kami. Persis di sebelahnya, sebuah
toko buku bernama Guidebooks Bookstore. Aku mempercepat langkah, hampir saja
aku lupa, jika waktuku tak banyak dan bukan hal baik membiarkan rasa penasaran
tumbuh subur dalam waktu yang tidak tepat ini.