Anjing menggonggong
di luar, memecah keheningan malam.
Perempuan di
sampingku masih saja mengulang-ulang satu nama yang sama dengan sederetan
makian setelahnya. Seolah kosa-kata menguap dari kepalanya dan hanya
menyisakkan caci maki, sumpah serapah yang sama sekali tak enak didengar. Lidahnya
mendadak pelo, dihajar berbotol-botol minuman. Merebahkan tubuhnya di sofa,
menarik lenganku agar lebih dekat dengannya, lalu menerikaku dengan kata-kata
makian. Bukan untukku, tetapi untuk lelaki yang amat dicintainya.
Lambungnya yang
belum terisi makanan sejak pagi meronta karena hanya dijejali minuman yang
katanya mampu membuat seseorang lupa segalanya. Bohong belaka, alkohol hanya
membuatnya lebih sendu dari biasanya. Dia memintaku memapahnya ke kamar mandi,
memuntahkan isi perutnya yang hanya berisi cairan kecoklatan. Tak luput
memuntahkannya di kausku. Ah, mandi malam hari sangat tak menyenangkan.
Kupijat tengkuknya
perlahan. Dia duduk di lantai, menyandarkan kepalanya di closet. Menangis.
Isi perutnya telah terkuras. Kata-kata di kepalanya telah habis keluar, tinggal
air mata yang ingin dia habiskan.
Anjing masih
saja menggonggong di luar, memecah keheningan malam.
Untuk terakhir
kali, kataku dalam hati. Teman-temanku akan menertawaiku jika aku mengatakannya
kepada mereka. Telah puluhan kali aku mengatakan pada diriku sendiri, pada
teman-temanku, ini terakhir kalinya aku menemaninya melewati masa-masa sulit
hidupnya. Menemaninya mengumpat dan memaki satu nama yang sama, seseorang yang
dicintainya bertahun-tahun lamanya. Seseorang yang membuatnya menjadikanku
pelarian dari kesepiannya dan setelahnya, ditinggalkannya.
Aku memapahnya
ke sofa, membawakan segelas air hangat untuknya. Menunggunya hingga tertidur lelap.
Aku berharap
pernah dicintainya. Sekali saja. Sedikit saja. Meski aku tahu, aku hanya
pelarian dari semua kegagalan cintanya. Ketika harapan datang untuknya, dia
pergi meninggalkanku untuk seseorang yang amat sangat dicintainya. Ah, pandir
benar ini kepala. Tak seharusnya aku memikirkannya. Ini untuk terakhir kalinya.
Aku janji. Dan kamu selalu tahu, janji ini tak pernah bisa kutepati.
0 comments:
Posting Komentar