10/31/2013

Surat Terakhir







Hai jelek, semoga selalu bahagia yah!
Sudah musim hujan lagi, aku bahkan tak sempat mencicipi musim kemarau sepanjang tahun ini. hujan datang lebih sering dari tahun lalu. Payung yang kita beli di toko dekat kantorku sudah rusak beberapa bulan lalu saking seringnya kupakai.  Untungnya, toko yang menjual payung itu masih menyisakan beberapa stok payung yang sama.  Aku membelinya tiga sekaligus, berjaga-jaga jika payungku akan rusak kembali.
Tadi pagi si Cemong melahirkan, anak-anaknya lucu. Saat melihatnya, aku langsung mengingatmu. Kamu pasti [.....]

10/19/2013

Percakapan di Suatu Sore, Ketika Hujan Turun Tiba-tiba.




“Bagaimana nanti jika kita berpisah?” katamu sambil mengenakan jaket yang sebelumnya kamu simpan di batangan kursi.
Hujan tiba-tiba saja datang, deras, tanpa aba-aba. Segelas oranye jus yang baru dua kali kamu minum pun kamu biarkan begitu saja, lalu memesan secangkir cokelat hangat. Barangkali hujan seperti pemanggil kesedihan, menggerakkan saraf di otakmu menjadi sendu. Sebelumnya, Jakarta begitu panas. 34 derajat celcius, katamu setelah melihat aplikasi di telpon genggammu. Aku hanya mengiyakan, tak paham bagaimana aplikasi itu bisa menunjukkan panasnya kota ini. Obrolan kita mengenai cuti [.....]