Hanya Ingatan



Mengapa jatuh cinta semudah ini, semudah kauberi pelukan padaku. Tapi mengapa, dicintaimu sesulit ini, sesulit kau berkata cinta padaku. –Compassio Veraque-

Aku berlari pada malam hari, mengosongkan seluruh beban dalam pikiranku. Seseorang pernah berkata padaku, saat kamu tak menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menghantui alam pikirmu, berlarilah. Semakin banyak pertanyaan yang datang, semakin kencanglah kamu berlari, hingga kamu merasa tak memiliki jantung dan paru-paru, hingga kulitmu terkelupas satu-satu sehingga kamu menyatu dengan alam. Berlarilah hingga lelah lalu tertidur lah.

Aku berlari sambil memikirkan tentangmu.  Tentang pertanyaan-pertanyaan yang tak juga menemukan jawaban. Tentang bayangan masa lalu yang tak juga menemukan wujudnya, tentang harapan yang tak kunjung datang, tentang rasa kehilangan yang tak mencapai titik menemukan, tentang kita yang melucut satu-satu hingga menjadi asing, tentang kata cukup yang tak benar-benar cukup dan aku terus berlari, semakin kencang-semakin kencang hingga kakiku seperti melayang.

Aku menjatuhkan diri di atas rumput taman yang basah bekas tersiram hujam. Kakiku tak lagi mampu menopang tubuh, dia seperti hilang bersama angin. Aku mencium aroma tubuhmu, bau parfum bercampur keringat. Aku merasakan tanganmu merengkuh tubuhku, mengalirkan hangat yang tak dapat diciptakan apa pun di dunia ini. Aku merasakan napasmu menyentuh kulit wajahku, lalu sebuah kecupan mendarat di bibirku. Aku mendengar suaramu yang begitu dekat, seperti berbisik di telingaku.

Namun hanya ingatanku yang mendengar dan merasakan semua itu. Hanya ingatan.





Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

3 komentar: