“Kau lihat seorang pria dan wanita di meja
sana, sungguh menyedihkan mereka.” Kata seorang pria pada kekasihnya.
“Iya. Ada yang salah dengan mereka?” tanya
kekasihnya.
“Duduk berhadapan, tidak ada percakapan. Keduanya
sibuk dengan telepon genggam. Apa jadinya dunia jika manusia lupa cara untuk
saling menyapa dan berbicara.”
“Mungkin mereka sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing atau sedang bertengkar. Kita tidak tahu apa yang mereka pikirkan,”
jawab kekasihnya.
Si pria meletakkan tangan kanannya di
punggung tangan kekasihnya. Menggenggam erat lalu perlahan dikendurkannya
genggaman itu. “Akan kuceritakan sebuah kisah,” kata lelaki itu sambil menarik
napas dan perlahan menghembuskannya. Dia pun mulai berkisah, tentang seorang
prajurit yang dikutuk menjadi awan karena telah membunuh rajanya. Prajurit itu
mencintai permaisuri, begitu pun permaisuri raja, dia amat mencintai prajurit
tersebut. “Dia prajurit yang tangguh,” kata pria itu meyakinkan kekasihnya.
Prajurit itu lahir tanpa orang tua. Dia
tumbuh dan besar di jalan. Baginya, rumah
ada bangunan yang memiliki atap. Tak peduli di mana pun dia berada,
selama ada atap yang menaunginya, dia akan merebahkan tubuhnya di sana jika
malam tiba. Dia menghabiskan masa remajanya dengan perkelahian, mencuri dan
berjudi. Suatu hari, dia melihat sang raja beserta rombongan prajuritnya
melintasi sebuah pasar. Beberapa begundal berusaha membunuhnya, sebelum
rombongan prajuritnya menangkap para begndal itu, dia – prajurit itu – terlebih
dahulu menangkapnya. Menancapkan pedangnya di tubuh para begundal itu.
Sang Raja terkesan dengan keberanian dan
ketangguhan parajurit itu. Sang Raja memintanya untuk masuk ke kerajaan dan
menjadi pengawalnya. Singkat cerita, ketangguhannya dalam menyelamatkan raja di
beberapa peperangan menjadikannya prajurit kesayangannya. sebagai imbalannya, Raja
memberikannya beberapa perempuan. Dia menolak tawaran raja dan mengatkaan tak
membutuhkannya. Dalam hatinya, dia mencintai seseorang dan sangat menginginkan
perempuan itu.
Perempuan itu adalah permaisuri raja yang
baru diambilnya dari sebuah desa. Perempuan yang pernah dijumpainya semasa kecil. Diam-diam,
si prajurit menjalin hubungan dengan peremuan itu. Rasa takut dihukum dan
dipenggal karena berani menjalin hubungan dengan istri raja membuatnya kalap. Mereka
merencanakan pembunuhan. Kedekatannya dengan Raja ditambah bantuan sang
permaisuri, membuat si Prajurit berhasil membunuh raja.
“Kenapa dia bisa menjadi Awan?” tanya
kekasihnya.
“Sabar, sedikit lagi cerita ini akan sampai
kesana.”
“Dipersingkat saja, aku ingin langusng ke
bagian itu,” pinta kekasihnya.
“Baiklah,” Dia pun memangkas ceritanya
langsung ke bagian yang diminta kekasihnya.
Pada jaman itu, seorang raja diberkahi
kekuatan dewa-dewa. Ketika terbunuh, sang raja mengucapkan kutukan yang
ditujukannnya kepada prajurit itu. “Kau akan menjadi awan. Kau akan sendirian
dan merasa kesepian. Hanya tiap 10 tahun sekali kau akan turun ke bumi menjadi
manusia, hanya satu hari,” Kata raja. Dan
Prajurit itu pun seketika menguap, menghilang di hadapan kekasihnya.
“Apa hubungannya dengan mereka?” tanya
kekasihnya sambil melirik sepasang manusia di hadapannya.
“Bayangkan, jika kamu hanya diberi satu hari
dari 10 tahun penantian, apakah kamu akan habiskan kesempatan itu dengan telepon
genggammu, atau menghabiskannya degan berbicang bersama kekasihmu?”
“Tentu saja, aku akan mengenyahkan semua dan
menghabiskan waktu bersama orang yang kucintai. Tapi, mereka tidak butuh waktu
10 tahun untuk bertemu,” sergahnya.
“Hahaha. Iya. Anggap saja kita sepasang
kekasih yang sedang dikutuk. Aku dikutuk menjadi awan. Karena itu, jangan
habiskan waktu kita hanya untuk melihat telepon genggam,” ujar pria itu sambil
menyeruput kopinya.
# # #
*
Di
sebrang Meja
“Kita buat satu permainan. Di dalam kafe ini,
kita tidak boleh saling berbicara, apa pun yang ingin kamu bicarakan, katakan
melalui pesan singkat. Ingat, tak boleh bicara,” Kata seorang lelaki kepada
kekasihnya.
“Untuk apa?”
“Hanya ingin tahu, bagaimana orang lain
memperhatikan kita. Duduk berdua, saling berhadapan tetapi sibuk dengan telepon
genggam masing-masing. Percaya deh, banyak orang yang akan men-judge kita,
mengatakan kita sebagai pasangan yang
buruk dan bla bla bla.”
“Usil banget sih, tapi oke juga. Ingin lihat
bagaimana orang lain memerhatikan kita.”
“Lets see!”
*gambar dipinjam dari sini
0 comments:
Posting Komentar