“Mau sampai kapan duduk di kursi penonton?”
“Sampai filmnya habis. Sampai aku mati.”
Sejak kecil, aku merasa bukan pejuang. Aku
selalu berada di kursi penonton. Mencukupkan diriku sebagai penonton. Menikmati
setiap adegan di hadapanku. Memandangi kemenangan dan kekalahan orang lain. Melihat
air mata yang tumpah atau tawa yang merekah. Bertepuk tangan saat pejuang
berhasil mengalahkan musuh dan bersedih saat melihat pejuang mati di
peperangan.