Tuhan dan Lelaki Kesepian




“Sudah hampir 10 tahun kau tidak menghadapku. Tiba-tiba saja kau datang, apa yang terjadi?”
“Sedang ingin. Tidak bolehkah?”
“Tentu saja boleh. Tetapi kenapa?”
“Kau kan Tuhan, kau pasti tahu segalanya.”
“Ya ... ya... ya. Aku hanya ingin berdialog denganmu sebentar saja. Semacam melepas rindu.”
“Aku sedang tak sibuk, kupikir ada baiknya menceritakan sedikit kepadamu, sesuatu yang sudah kau ketahui.”

Aku lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang baik. Orang tuaku-meski dengan segala keterbatasan-terus berupaya memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Aku tahu, mereka terus berusaha mengubah hidup keluarga menjadi lebih baik. Bergonta-ganti pekerjaan, berdagang ini-itu dan mengerjakan hal-hal lainnya. Semuanya nihil, upaya mereka gagal tapi tak sekalipun mereka menyerah.
Kakakku sangat baik, begitu pun adikku. Hanya saja, aku tak pernah benar-benar bisa dekat dengan mereka. Sekeras apa pun aku berusaha, aku tak pernah bisa. Aku pernah mencoba untuk berbicara namun hanya beberapa patah kata yang keluar. Kemudian aku pergi meninggalkan mereka. Kupikir, ada baiknya menarik diri dari keluarga. Mungkin sudah jalannya, sudah jatahku.
Ada kalanya aku mencari tempat bercerita tapi tak pernah bisa menemukannya. Karenanya, ketika aku memiliki kekasih, aku menumpahkan semuanya kepadanya dan membuatnya mereka terbebani lalu pergi meninggalkanku. Aku tahu, hal-hal yang kubagi membuat mereka berat untuk melangkah. Tapi, aku tak punya tempat bercerita dan kupikir membagi segalanya kepada pasangan adalah hal baik. Hingga aku sadari, mereka tak siap memiliki pasangan yang terlalu banyak bercerita tentang hidupnya.
“Lalu, apa alasanmu?”
“Sabar. Bukankah kau yang memintaku bercerita!”
“Lanjutkan!”
Terkadang, kita butuh waktu untuk menyendiri. Menyepi dan menepi. Terkadang, tak selalu bukan? Hanya sesekali. Sisanya, kita membutuhkan orang lain. Aku sering dilanda rasa sepi dan alangkah baiknya jika memiliki seseorang atau tempat untuk berbagi. Sayangnya, aku tak pernah benar-benar memiliki tempat untuk berbagi.
Lalu aku teringat kau, Tuhan. Bukankah tuhan tidak akan membiarkan hambanya berjalan sendirian?
Jika kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat kepadamu satu hasta. Dan apabila kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Dan apabila kamu datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadamu dengan berlari.”
Aku mungkin tetap sendiri tapi aku tahu, aku tak pernah kesepian. Ada Tuhan yang begitu dekat. Selalu dekat.



Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

2 komentar:

  1. Alur ceritanya keren. Pesan ceritanya sampai. Hebat

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Arianne sarah, sudah mampir dan membaca..

      Hapus