Pesan Ibu di Akhir Ramadan



Nak, matahari tak selalu terik dan membakar, ada kalanya dia begitu hangat dan menenteramkan. Jangan terlalu larut dalam kemarahan, amarahmu akan menghanguskan apa saja, siapa saja, termasuk dirimu sendiri. Jadilah matahari pagi, lembut dan menghangatkan. Cintai seseorang dengan lembut, marah untuk sesuatu yang pantas membuatmu marah lalu melembutlah. Beri dia kehangatan agar nyaman bersamamu.
Nak, senja yang dipuja-puja tak pernah angkuh dan merelakan dirinya dibalut malam. Keindahan yang tak pernah bisa digenggam, keindahan yang hanya berlangsung sesaat. Begitu pun cinta, Nak, ada yang tak bisa kaugenggam meski sangat kauinginkan. Senja mengajarkanmu arti berserah, mengajarkanmu arti merelakan. Belajarlah melepas, belajar merelakan.
Nak, bumi tak pernah mengeluh meski dihujani. Tak pernah marah meski manusia-manusia tak ramah. Bumi mengajarkanmu arti kesabaran. Ingat, tidak ada kesedihan yang menetap selamanya, tidak ada bahagia yang bertahan selamanya. Jika hidup memberimu luka-luka, balutlah lukamu. Jika hidup memberimu bahagia, bersyukurlah. Jangan menyerah, karena bumi tak pernah menyerah untuk manusia, untukmu.
Nak, awan kelam kerap menutupi cahaya bintang, cahaya bulan, langit hanya berupa jubah hitam pekat. Begitu pun pandanganmu, tak melulu jelas, terkadang kamu tak melihat apa-apa selain kegelapan yang mamatikan harap. Tapi, angin akan membawa awan mendung pergi perlahan, cahanya bintang dan bulan akan menerangi langkahmu.
Nak, jika seseorang yang selalu kamu sebut namanya dalam doa-doamu tak menjadi jodohmu, percayalah, akan ada seseorang yang selalu menyebut namamu dalam setiap doanya. Seseorang yang menginginkanmu melebihi apapun, melebihi siapapun. Bersabarlah, kamu dan dia akan saling menemukan.
Nak, gema takbir kemenangan sebentar lagi berkumandang. Bersyukurlah agar hatimu lapang, agar hatimu tenang.


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar