7/17/2017

pesan


Ia mengayunkan kedua kakinya pelan, bergantian, bunyi kecipuk mengiringi gemericik sungai. Ia berharap di mata kakinya terdapat pintu yang langsung menuju hatinya, tempat menyimpan rindu, tempat harap menggebu-gebu. Rindu perlahan turun menuju pintu, jatuh ke sungai. Ia membiarkan semua-semua rindu perlahan mengalir bersama aliran sungai. Terjebak di sungai dangkal, meliuk menghindari air tercemar, tapi sudah sifatnya air menerobos penghalang karena takdirnya harus mengalir menuju muara. Menuju laut. Rindu yang dikirimkannya adalah rindu yang teramat tua. Telah ia peram lama seorang diri. Rindunya tak [.....]

7/15/2017

107



Aku berdiri di depan rumahmu, berjinjit memencet bel di ujung beton tempat besi-besi menancap, memagari rumahmu. Degup jantung yang lebih cepat, keringat dingin membasahi kausku. Gemetar jemari yang mengepal di besi yang warna catnya telah memudar, memunculkan karat di banyak sisi. Kudengar derit pintu bergeser pelan, cahaya dalam rumah memantulkan bayangan  memanjang melewati celah pintu, tipis, dan sulit ditebak. Perlahan pintu terbuka, lebar, pelan, tanda kehati-hatian. Langkahmu serupa angin malam, berhembus pelan [.....]

7/11/2017

kusut



Aku harus menulis sebab sebentar lagi bumi hancur dan mengubur siapa saja yang hidup di atasnya. Hidup-hidup. Aku harus menulis jika ingin abadi, bukanlah salah satu cara memperpanjang ingatan seseorang tentangmu adalah dengan menulis. Tapi, jika bumi dan semua-semua yang hidup mati, siapa yang akan membaca tulisanku. Anggap saja dari tujuh miliar lebih manusia yang mati - tak perlu kau hitung hewan-hewan dan jenisnya, tak perlu kau tambahi angka-angka di kepalamu dengan tumbuhan-tumbuhan apalagi meributkan mana yang masuk golongan buah-buahan atau [.....]