Dear Nadd... Mungkin kamu heran, dari sekian banyak cara untuk kita berkomunikasi, saya memilih surat. Padahal dibutuhkan waktu satu-dua hari untuk mencapai rumahmu. Mungkin saya terlalu jenuh dengan telepon, sms, chatting dan BBMan. Kemarin saya ke rumah, maaf ga bilang, mama juga teleponnya dadakan. Mama bilang Nisa kangen sama saya, kebetulan saya sedang meeting di luar jadi saya sempatin mampir ke rumah kamu. Adik semata wayang kamu (calon adikku juga) itu emang selalu ngangenin, ga heran kalau saya langsung datang pas mama telepon. Pas saya pamit, mama tanya tentang high heels kamu, mama bilang semua high heels koleksimu sudah kamu berikan ke sepupu-sepupu kamu. [.....]
Nggak heran jika banyak orang yang akhirnya kalah dengan pikirannya sendiri. Ketakutan kerap kali muncul dalam pikiran dan membuat rencana manis gagal barantakan. Pikiran sudah mempredikasi apa yang terjadi di masa depan, sudah mengkalkulasi apa yang belum dilakukan. Hidup tak bisa dikalkuasikan, ia bukan barang mati, selama masih bernafas selalu ada yang terjadi. Tak bisa diprediksi. Hal itu yang saya alami saat ini. Beberapakali saya melewatkan interview dari sebuah perusahaan besar di Jakarta. Dengan alasan yang sangat sederhana, ”takut nggak cocok” saya melewatkan kesempatan itu begitu saja. Padahal [.....]
Sehebat apa pun seseorang, sekuat apa pun dia, putus-selalu menyisakkan rasa sakit. Rasa pahit, melebihi pahitnya meneguk kopi tanpa gula. Kamu tak menemukan Aroma kenikmatan di sana, yang tertinggal hanya luka, menggores kaca [.....]
Barangkali memang tidak semua hati memiliki pintu. Maka mengetuknya berkali-kali, Hanya akan akan menjadi pekerjaan yang sia-sia. –Adisti- Saya menanti dengan intuisi. Meyakinkan hati bahwa semua akan baik-baik [.....]
Untuk kesekian kalinya saya mempertanyakan hal ini, apa impian saya? Sejak lama saya mempertanyakan ini, hasilnya nihil, saya tak menemukan jawaban apa-apa. Teman dan sahabat saya bilang ”mungkin belum nongol du, nanti juga muncul”, ”impian lo tuh ada di depan mata, sayang aja mata lo belum kebuka”, ada juga yang bilang gini ”ngapain ngeributin mimpi, mimpi itu bakal ilang saat lo [.....]