Menitipkan Hati


Barangkali memang tidak semua hati memiliki pintu. Maka mengetuknya berkali-kali, Hanya akan akan menjadi pekerjaan yang sia-sia. –Adisti-

Saya menanti dengan intuisi. Meyakinkan hati bahwa semua akan baik-baik saja. Memastikan dia akan datang dan membawa hati yang pernah saya titipkan untuknya. Intuisi tak selalu benar, bisikan-bisikan halus seringkali menyesatkan.

Terlalu berisiko menitipkan hati pada seseorang, bisa saja dia meletakannya di laci pojok rumahnya, mengunci rapat-rapat lalu membuang kuncinya.

Tapi juga terlalu berisiko tidak menyerahkannya pada siapa-siapa. Ia ingin berlabuh, menikmati hempasan ombak dan tajamnya kerikil karang. Ia ingin terombang-ambing hingga saatnya tiba ia kan berakhir di tepian. Membuat hidup lebih berwarna, tak datar-datar saja.

Ada banyak jalan untuk seseorang pulang. Ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan. Tapi benarkah ia ingin pulang dan mengembalikan titipan hati itu atau justru pergi dan membuangnya.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar