Sehebat apa pun seseorang, sekuat apa pun dia, putus-selalu menyisakkan rasa sakit. Rasa pahit, melebihi pahitnya meneguk kopi tanpa gula. Kamu tak menemukan Aroma kenikmatan di sana, yang tertinggal hanya luka, menggores kaca hati yang selama ini kamu jaga sangat hati-hati.
Entah mengapa kamu selalu membuka facebooknya, melihat statusnya, dan melihat komen-komen tentangnya. Kamu juga melihat tweetnya, hanya untuk memastikan apakah dia bahagia atau terluka.
Menemukannya bahagia, kamu marah. Ada rasa kecewa mengetahui dia bahagia tanpamu. Kamu ingin dia terluka, menyesal telah meninggalkanmu, dan berharap dia bersujud-sujud memohon kembali padamu. Nyatanya tidak, dia bahagia selepasmu, kamu yang sakit tanpanya.
Kamu ingin dia sendiri, tak terikat dan menggantungkan hatinya pada siapa-siapa. Kamu ingin dia merasa kehilanganmu, melepaskanmu dari hatinya pelan-pelan, dengan begitu kamu merasa dihargai, merasa pernah dimiliki.
Tak terhitung betapa banyak air mata yang kamu tumpahkan untuknya. Tak terhitung lagi berapa jumlah tisu yang kamu pakai untuk menghapusnya. Jutaan detik kamu relakan terbuang sia-sia untuknya. Hanya untuk melihatnya terluka, menangis dan menyesal.
Kamu tak bahagia. Dia, yang kamu harapkan terluka malah bahagia. Dia, yang setiap detiknya kamu caci malah tersenyum gembira. Dia, yang setiap waktu kamu hujani sumpah serapah malah tertawa. Tapi lihatlah kamu, tak ada yang kamu dapat kecuali luka.
Saya takberharap kamu memaafkannya, karena saya tahu kamu begitu terluka. Saya juga tak memintamu untuk terus menyimpannya, Karena itu membuatmu semakin terluka. Saya tak meminta apa-apa, sebagai sahabat saya hanya ingin kamu bahagia.
Curhat dari sahabat, 15,48/150911
0 comments:
Posting Komentar