Aku duduk di sebelah kananmu. Entah kegilaan apa yang
membuatmu selalu memilih duduk di sebelah kiri. Yang aku tahu, kamu menggilai
pelukan. Dan kamu menikmati pelukan dari seseorang yang duduk di sebelah
kananmu. Kamu merasa senang menyandarkan
bahu di sebelah kirinya, memeluknya erat-erat lalu menghabiskannya.
Aku menyulut rokok, menghembuskannya pelan. Tiba-tiba kamu
mendekat, meminta sebuah pelukan. Aku menolak halus dan kamu mengerti. Kamu mengatakan
butuh pelukan, sudah lama dia hilang darimu. Kamu mencarinya kemana-mana, ke
semua sudut, bahkan ingin memebelinya. Tapi tak ada seorang pun yang memberinya
bahkan menjualnya.
Kamu mulai mencari sisa-sisa yang tersebar di lemarimu. Remah-remah
peluk menempel di bajumu. Kamu memeluknya lalu menghirupnya. Semua baju kamu
kumpulkan, mengumpulkannya menjadi satu agar pelukan itu utuh namun tak juga
mengutuh.
Kamu mulai mendatangi satu persatu orang-orang yang dulu
pernah memujamu. Orang-orang yang selalu kamu anggap sampah dan menerimamu
kapan saja kamu mau. Orang yang dengan senang hati memberikan rasa sakitnya
untuk melihatmu bahagia. Tapi kamu pulang dengan tangan kosong. Mereka tak lagi
memujamu bahkan mencemohmu. Yang kamu dapatkan hanyalah cercaaan.
Malam ini kamu memintaku datang, meminta sebuah peluk yang
dulu kamu acuhkan. Kamu meminta sebuah, padahal dulu aku memberimu seluruhnya.
Aku katakan tak lagi memilikinya. Aku sudah
memberikan seluruhnya pada kekasihku. Dan aku menyimpan peluknya di
tubuhku.
“Belajar lah membeberi pelukan pada seseorang, meski dia tak
selalu memberi balasan. Saat kamu butuh, akan ada seseorang yang memberimu
tanpa meminta balasan,” kataku sambil pergi meninggalkan dirimu yang terus
menatap air mancur yang hampir mati.
Menusuk nusuk juga ini tulisan...
BalasHapuskunjungan pertama iyya rupanya..hehe
Hapussemoga kita tidak kehabisan pelukan ya..he