Sungai, Tujuan dan Perahu


gambar dipinjam dari sini


“Kenapa senyum-senyum sendiri, ada yang lucu yah?” tanyanya sambil mencubit pinggangku.
“Nggak, cuma heran aja sih,” kataku
“Heran kenapa?” wajahnya berubah serius. Bantal yang menjadi sandaran punggungnya ditarik, dipeluk. Tubuhnya dicondongkan ke arahku. Bersiap menanti jawaban dari mulutku.
“Kamu sadar nggak sih, kondisi sekarang sangat menyenangkan. Kita bisa tertawa lepas. Membicarakan apa saja, menertawakan apa saja. Nggak ada ribut-ribut, seperti masih pacaran dulu.”
“Iya,” jawabnya sambil tersenyum. Tubuhnya kini disandarkan ke sofa, bantal kecil itu tetap dipeluknya. “Kemasan ini lebih cocok buat kita yah.”
“Aku pikir juga begitu. Saat kita tidak lagi menjalani satu hubungan, justru kita merasa bebas. Tidak terlalu memikirkan banyak hal. Berbicara apa saja. Tapi aku jadi berpikir, kalau saja dulu kita bisa kayak sekarang, mungkin hubungan kita akan baik-baik saja,” kataku sambil mengubah posisi tubuh dan bersandar ke sofa.
“Kamu pikir, kita bisa memulainya dari awal?” tanyanya tanpa mengubah posisi tubuhnya.
“Lebih baik begini, aku menyukai kemasan seperti ini. Nanti biarlah nanti.”
Terkadang, hidup butuh kemasan yang berbeda-beda. Ada fase di mana kami merasa kemasan pacaran cocok untuk kami berdua. Hingga suatu saat, kami menyadari-entah salah satu dari kami menyadarinya lebih awal, atau menyadari secara bersamaan-kemasan pacaran tak lagi cocok untuk kami berdua.
Pada akhirnya, kami memilih untuk berjalan masing-masing, mencoba berdamai dengan masa lalu. Mencoba menerima kenyataan, apa yang sudah kami bangun tak bisa lagi dipertahankan. Hingga ketika kami bertemu kembali, menjalin komunikasi lagi dan menemukan kemasan baru sebagai sepasang sahabat. Rasanya, kemasan ini lebih cocok untuk kami.
Seperti pejalan kaki yang berdiri di depan sungai, dia menyadari, kakinya harus menaiki perahu untuk sampai di seberang. Hubungan kami pun sama, pada akhirnya, kaki-kaki kami tak bisa lagi berjalan beriringan. Kami memutuskan untuk menaiki perahu, tetapi perahu yang berbeda. Sungai yang sama, tujuan yang sama tetapi perahu yang berbeda. Pada akhirnya, kami berdoa, apa pun langkah yang kami ambil, semoga masing-masing dari kami selalu bahagia.
Semoga kamu selalu bahagia.



Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar