Ada kalanya, saya begitu khawatir tentang masa depan. Begitu takut membayangkan apa yang akan terjadi lima sampai sepuluh tahun mendatang. Meski saya sadar, barangkali, dalam hidup ini, usia saya tak mencapai angka-angka itu. Namun, kesadaran itu tak sepenuhnya membunuh rasa takut dalam hidup saya. Ada saat di mana saya melihat sekeliling, melihat teman-teman yang tumbuh satu-satu. Mengapai impiannya, berkeluarga, sukses, gagal, dan banyak hal lainnya. Saya, entah masuk dalam kategori apa, saya [.....]
Suara dentum dari bom jatuh terdengar jelas dari kejauhan, mungkin sekitar 5-10 km dari tempat tinggalku. Dari balik jendela, tepat di mana kursi dan meja berada di sisinya, tempatku duduk, kulihat orang-orang berlari. Awalnya hanya hitungan jari, lalu menggunung hingga tak dapat lagi kuhitung. Seorang perempuan berlari sambil memeluk anaknya, seorang pemuda mengendong laki-laki tua, seorang pemuda menarik seekor kambing dengan kuat-kambing itu tak mau berjalan sehingga adu tarik pun terjadi di antara keduanya-dan wajah-wajah ketakutan pun menjadi pemandangan yang kusaksikan dari kaca rumahku. Aku mengalihkan pandangan [.....]
Ada bagian yang tak bisa kuceritakan kepadamu, semacam rahasia kecil yang sengaja kusimpan untukku sendiri. Bahkan, aku berupaya keras untuk menyembunyikannya dari malaikat. Ada yang mengatakan kepadaku, isyarat hati, hanya tuhan yang mengetahuinya. Maka kuputuskan untuk melakukannya dalam hati saja, tanpa ritual, tanpa gerakan, tanpa ucapan, hanya isyarat hati. Semakin sedikit yang tahu, semakin baik. Kupikir, satu-satunya yang dapat memegang rahasiaku hanya diriku dan tuhan. Tuhan menyimpan rapat aib manusia, aibku yang begitu banyak pun disembunyikannya rapat-rapat. Malam itu, selepas menerima pesan darimu, yang kujawab dengan satu kata, empat huruf – yang kutulis cukup lama karena memikirkan balasan untukmu selalu sulit untukku karenanya aku hanya bisa menuliskan satu kata yang terdiri dari empat huruf - [.....]