menuju senja



Ada kalanya, saya begitu khawatir tentang masa depan. Begitu takut membayangkan apa yang akan terjadi lima sampai sepuluh tahun mendatang. Meski saya sadar, barangkali, dalam hidup ini, usia saya tak mencapai angka-angka itu. Namun, kesadaran itu tak sepenuhnya membunuh rasa takut dalam hidup saya. Ada saat di mana saya melihat sekeliling, melihat teman-teman yang tumbuh satu-satu. Mengapai impiannya, berkeluarga, sukses, gagal, dan banyak hal lainnya. Saya, entah masuk dalam kategori apa, saya sendiri tak tahu.
Ada kalanya, saya begitu tenang. Tak memedulikan masa depan, tak merasa takut dan tak mengkhawatirkan apa pun yang terjadi di kemudian hari. Saya tak lagi melihat sekeliling, saya melihat dalam diri saya, apakah saya bahagia, apakah pekerjaan yang saya jalani sesuai dengan yang saya inginkan, apakah saya siap berkeluarga, dan serentetan pertanyaan lainnya. Pemandangan di sekeliling menjadi buram, tak lagi menjadi pemandangan menarik untuk diperhatikan.
Jam berdentang setiap jam, matahari mulai bergulir ke barat, langit serupa jeruk matang, senja, dan malam datang hingga tabir gelap tersingkap cahaya matahari pagi di sebelah timur. Waktu serupa penanda akan fase-fase di atas, tak menjadi penanda bahwa usia semakin bertambah, semakin senja. Gelap datang, mata tertutup dan mati. Sesederhana itu kerumitan hidup.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar