2/27/2016

(belum) menyerah


kamu tak perlu berusaha apa-apa lagi. Jangan melakukan apa-apa lagi untukku. Aku tahu sebesar dan sedalam apa sayangmu untukku. Buatku cukup, aku tidak meminta lebih. Tapi berusahalah untuk hidupmu. Carilah pekerjaan baru, carilah tempat baru untukmu berlabuh, katamu sore itu.   Kamu tak pernah tahu, satu-satunya yang diwariskan ibuku adalah sifat keras kepala. Aku tak pernah menceritakan kepadamu, kepada siapa pun. Ingatan masa kecil membuatku merasa berdiri di pinggir jurang. Ketika aku bercerita, [.....]

2/26/2016

Jejak-jejak yang susah payah kamu hapuskan


Perempuan itu masih berdiri di pantai, tubuhnya sedikit dimiringkan, kepalanya menengok ke belakang, memerhatikan jejak-jejak kakinya yang terhapus air. Dia diam cukup lama sebelum melangkah, menengok ke belakang dengan posisi serupa, seperti memastikan tidak ada jejak kakinya yang tidak terhapus buih-buih ombak. Tangan kanannya meraih ranting pohon yang dibawa anak-anak ombak. Menuliskan beberapa huruf, mengejanya perlahan, mencoretnya berkali-kali. Tangan kanannya yang memegang ranting bergerak cepat, seperti pemain pedang andal yang ingin membunuh lawannya. [.....]

2/08/2016

memelukmu




Di kamar sepi Aku ingin memelukmu, Mati Sebentar lagi, kawan Sebentar lagi, katamu

2/06/2016

sepanjang pagi



Sepanjang pagi, aku memutuskan membaca blog seseorang. Menikmati setiap kata yang ditulisnya, meresapi makna dari tulisan-tulisannya beberapa tahun silam. Perihal meninggalkan dan ditinggalkan. Separuh hatinya telah melangkah pergi, separuhnya lagi, masih tertinggal di hati kekasihnya. Cinta tidak menjadi alasannya. Rasa nyaman dan kasihan yang membuat sebagian dirinya memutuskan tetap tinggal. Hatinya ingin berlabuh, ingin segera bersandar, ingin meninggalkan dermaga lamanya tanpa berusaha menyakitinya. Dia kerap menulis seperti ini, carilah orang baru, bersamaku [.....]