Irasional


“Dia akan datang pada setiap kesempatan yang dia punya. Dia akan datang, aku yakin dia ingin datang, hanya saja tidak sekarang, bukan sekarang, tapi dia pasti datang.”
Tapi dia tidak datang, sekarang, kemarin, kemarin lagi, sebulan, setahun, bertahun-tahun lalu, dia tidak pernah datang. Ingin sekali kuucapkan kalimat itu kepadamu, ingin sekali aku meneriakkannya tepat di depan wajahmu agar kamu sadar, dia tidak akan datang, tidak hari ini, esok, lusa, sebulan, setahun, dan kamu akan menghabiskan tahun demi tahun hanya menunggu seseorang yang bahkan tak sempat membalas pesanmu di hari berkabungmu.
Jika dia mencintaimu, menginginkanmu sebesar kamu menginginkannya, dia akan membuat waktu untukmu, tak sekadar meluangkan waktu yang dia punya. Kamu bukan sisipan yang bisa diselipkan di tengah kesibukannya. Kamu bukan tamu sekali datang yang harus membuat janji hanya sekadar bertegur sapa lalu diabaikan. Kamu bukan wahana hiburan, saat hidupnya menjadi begitu membosankan, dia baru datang kepadamu, bermain denganmu lalu pergi begitu saja.
Sudah berapa banyak malam-malam penuh tangsian kamu habiskan untuknya. Sudah berapa kali kamu mengganti telepon genggam yang kamu hancurkan saat dia tak jadi menemuimu. Sudah berapa tulisan yang kamu buat hanya untuk satu orang, satu nama yang tak menjadikanmu prioritas dalam hidupnya.
Aku ingin mengatakan semua itu, namun urung kulakukan. Di matamu, aku melihat diriku. Aku yang rasional, yang mengkalkulasi banyak hal, yang menyerah begitu mudahnya tanpa kepastian. Di matamu, kutemukan diriku yang irasional. Aku yang mencintai seseorang yang mencintai orang lain. Mengharapkan seseorang yang mengharapkan kehadiran laki-laki lain, mendengarkan satu nama bertahun-tahun, kisah-kisah sedih yang itu-itu saja. Aku yang tetap berjuang meski telah berkali-kai diminta pergi. Aku yang menawarkan hatiku untukmu pulang, meski kamu hanya sesekali datang lalu pergi lagi, mengejar rumah yang bahkan tak pernah bisa kamu gapai.
“Dia akan datang,” kataku.
“Kamu juga percaya itu?” tanyanya.
“Dia akan datang . . . saat kamu belajar melepasnya. Saat kamu memutuskan tak lagi menunggunya. Saat hatimu belajar mencintai orang baru. Dia akan datang, karena dia tak ingin kehilangan seseorang yang dia tau amat sangat mencintainya. Memahami semua perbuatannya, menerimanya kapan pun dia datang. Dia menginginkanmu, tapi hanya sebatas itu.”



Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar