(Pertanyaan) Tentang Pagi


Pagi kembali datang, dengan muram.  Sisa hujan semalam masih menggelayut di langit. Pohon kelengkeng di depan rumah ambruk, cabang-cabangnya patah tak kuat menahan terjangan angin pengiring hujan. Jalan di belakang rumah seketika menjelma menjadi kolam kecil, membuat siapa saja malas melewatinya.

Pagi kembali datang, tak ada yang istimewa kecuali kamu mengangap bernafas adalah keistimewaan dari pagi. Menganggap  kamu masih dipercaya tuhan untuk menjalani sebuah petualangan. Meski pada akhirnya kamu memilih untuk menjadi penonton, selalu duduk manis dengan sesekali terkejut dan mengomentari pertujukkan hidup orang lain. Tanpa sadar di belakangmu orang lain menjadikanmu aktor, aktor yang payah pastinya. Tidak kah kamu lelah hanya menjadi penonton.

Pagi kembali datang, dengan sebuah rutinitas. Tidak bosankah kamu melewati jalan yang sama setiap hari. Mungkin kamu perlu mencari jalan lain, sedikit terlambat tak mengapa. Bukan kah sebuah keterlambatan diperlukan dalam proses perjalanan baru. Tak perlu mengumpat, kamu hanya perlu memutuskan, untuk tetap bertahan pada rutinitas yang membosankan atau menemukan kembali secarik kertas bertuliskan harapan.

Pagi kembali datang, dengan sebuah pertanyaan. Aku menyeduh kopi, menyulut sebatang rokok dan mencari jawaban yang Pagi lontarkan kepadaku. Semoga esok, pagi kembali datang, dengan pertanyaan baru. Jika tidak, aku kan menyeduh kopi dan menyulut sebatang rokok.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar