pulang




pada yang merekah dan melayu, pulang ke pangkuan ibu.
di pintu rumah itu, tangan-tangan keriput yang ditempa kalut menyambutmu, mengusap lembut kepalamu. wajahnya lelah, tubuh yang melemah digerus waktu, tapi menyimpan hati yang kokoh melebihi karang. ibu; tempatmu berpulang.
pada tiap langit sore yang serupa jeruk matang, kau bertanya, inikah pulang atau pergi? 
apakah pulang artinya menuju sebentuk kotak-kotak bangunan tempat tidurmu, yang kausinggahi, untuk sekadar menukar lelahmu dengan tidur sebentar lalu kembali ke gedung-gedung perkantoran, di mana matahari menggandakan diri di kaca-kaca, di layar komputermu.
atau ini hanya pergi, bisa juga singgah, sebab waktumu lebih banyak dihabiskan di jalanan ibu kota, menuju satu tempat ke tempat lainnya.
lalu satu pesan datang, satu panggilan telepon datang, mengedip di layar telepon genggammu: dari ibumu. menanyakan kabarmu, bagaimana makanmu, istirahatmu cukup, masih tegakkah solat lima waktumu, juga rindu. rindu ingin memelukmu. mengusap lembut kepalamu. membiarkan kepalamu merebah di pangkuannya, seperti kau kecil dulu.
lalu kau tak lagi bertanya tentang arti pulang. kaki-kakimu tahu kemana harus menuju. hatimu tahu jawaban dari pertanyaanmu. rumah, kadang tak hangat, terkadang tak nyaman untuk ditempati, tapi dia menyimpan begitu banyak cinta kasih. memberi banyak kasih sayang. pulang pada orang-orang tersayang.  
pada Ibu; yang menyimpan cemas di jantungnya, memenuhi hatinya dengan doa, untukmu.



Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar