Cinta dan Dusta
Suatu kali ketika sedang asyiknya menikmati kopi hitam dan sebatang rokok di taman kampus, tiba-tiba teman saya duduk tepat di sebelah saya, wajahnya lesu, matanya merah dan masih membekas tetesan di sela-sela matanya yang sedikit bengkak. Dia sangat tahu bahwa saya orang yang paling tidak ingin diganggu jika sedang menikmati kopi, maka dia hanya duduk dan sesekali memutar-mutar handphonenya, karena tidak tega saya pun berkata” kenapa wi, cerita aja!!”.Tanpa basa-basi dia pun menceritakan semuanya, dari A sampai Z dan seperti yang sudah saya duga sebelumnya, pasti masalah cinta. Cerita tentang janji-janji manis yang tidak pernah terwujud, cerita tentang perubahan sikapnya dari baik menjadi kasar dan sekelumit tentang ketidakharmonisan dua insan tentang cinta. Saat itu tak banyak kata-kata yang keluar dari mulut saya, toh tanpa jawaban pun saya tahu dia merasa cukup lega karena telah berbagi meski tak mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya.
Setelah dia pergi, saya masih menikmati kopi yang mulai dingin. Sejenak saya mulai merenung, mengerutkan dahi dan memutar-memutar otak saya tentang cerita tadi. Sekilas cerita tersebut hanyalah roman picisan belaka, sang perempuan menangis tersedu-sedu karena ditipu oleh sang lelaki dan akhirnya putus, tapi bagaimana dengan cerita cinta Indonesia?
Pesta demokrasi di Indonesia sudah berjalan, bahkan mendekati babak akhir. Babak awal dibuka dengan pertempuran para calon legislatif yang telah berlalu pada 9 April lalu, meski masih menyisakan banyak polemik yang belum terpecahkan, mulai dari kisruh DPT (daftar pemilih tetap) hingga dugaan kecurangan yang hingga sekarang masih dalam proses hukum di bawah naungan MK (mahkaman konstitusi).
Babak akhir dari pesta demokrasi ini adalah pemilihan presiden yang akan dilaksanakan pada 8 Juli nanti. Tak ada yang berbeda dengan sebelumnya, janji-janji manis mulai ditebar, angin sorga mulai dihembuskan dalam visi dan misi para capres dan cawapres. Jargon-jargon yang termuat dalam baliho-baliho mulai menghiasai seantero negeri bahkan tak sedikit uang yang dihabiskan untuk pemasangan iklan di televisi, itukah janji cinta yang ditebar oleh para capres dan cawapres, sebuah janji yang mahal untuk negeri yang kelaparan?
Siapa pun nantinya yang terpilih, mudah-mudahan saja tak hanya sekedar janji manis yang memikat hati masyarakat, semoga janji-janji itu tidak menjadi cerita cinta picisan seperti yang terajdi dalam sinetron-sinetron di tanah air. Semoga TIDAK ADA DUSTA DI ANTARA KITA.
Penikmat Kopi Hitam
0 comments:
Posting Komentar