Pengecut #Anisa


Dalam dua bulan ini sudah beberapa kali aku ke Bandung, baik untuk urusan pekerjaan maupun jalanjalan. Ada launching buku dan talkshow yang harus aku kerjakan di sana dan sekali pun tak pernah aku menghubungimu. Mungkin kamu mengetahui melalui lini masa twitter-ku. Tapi itu bukan sebuah kode untukmu. Kamu tahu, aku bukan seorang yang pandai menggunakan kodekode, aku orang yang lebih suka berterus terang meski terkadang itu menyebalkan.

Maaf Cha, telah melepasmu. Meski kata ‘melepas’ seharusnya melengkapi kata sebelumnya, yakni ‘memliliki’.

Aku sadar, menjalani sebuah hubungan tanpa label apa pun bersamamu adalah sebuah keputusan yang bodoh. Aku tahu, keputusan kita saat itu karena kita masih terluka dengan masa lalu dan tak ingin melakukan kesalahan yang sama. Tapi membiarkan sebuah kebersamaan tanpa label sama saja membiarkanmu pergi perlahan dan aku menyadarinya setelah perpisahan tanpa kata.

Masih ingat tulisan ini: terima kasih untuk hari ini, Aku menulisnya untukmu. Untuk hari yang menyebalkan dan senyumanmu yang mampu menghangatkan.

Atau ini:sedikit tengtang kamu. tulisan ini tentangmu, kamu yang berhasil melalui masa lalu dan aku yang masih terjebak sebuah hubungan yang semu.

Juga ini, kali ini tentangku. Tentang hubunganku yang kandas dan semua tibatiba menjadi gelap. Tidak ada yang bisa kulihat selain luka dan pengkhianatan. Dan masih banyak lagi yang kusimpan sendiri, aku tak ingin membaginya dengan siapa pun.

Aku akan menunggumu pulang dari program pertukaran pelajar di Amerika sambil mengumpulkan keberanian. Pengecut. Ya, aku memang pengecut. Bahkan, untuk menemuimu saja aku terlalu takut. Tapi aku janji, aku akan menemuimu meski aku tahu ini sudah terlambat. Aku hanya ingin kamu tahu, keputusanku tak memberi label apa pun untuk kita adalah sebuah kebodohan dan membiarkanmu pergi adalah sebuah kebodohan lainnya.

*untuk Anisa yang mengajarkan banyak hal. Cinta salah satunya.





Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar