Pemurung Riang




Jika aku tahu, aku masih hidup di usiaku yang ke-30, aku akan mengatakan pada diriku di usiaku yang ke-23, tetaplah jadi pemurung, pemurung yang riang.
Aku ingat kali pertama menyukai sunyi. Ketika duduk di kelas dua sekolah menengah pertama, teman-teman sekelasku berkelahi dengan kelas tiga. Keributan ini bermula saat temanku dipukuli di kamar mandi oleh kakak kelas. Ego anak muda, ingin menunjukkan diri membakar amarah teman-teman sekelasku. Mereka berkelahi saat guru sedang rapat.
Aku memilih pergi ke belakang sekolah, menyiram beberapa tanaman yang layu. Memberi pupuk pada bunga-bunga. Mencabuti rumput-rumput liar. Sepupuku yang setahun lebih tua dariku dan duduk di kelas tiga heran melihatku. Aku benci keributan, kataku. Dia lalu pergi ke musolla, sembunyi di sana.
Tak ada yang banyak berubah ketika mengenakan seragam putih abu-abu. Teman-temanku yang gemar berkelahi sedang mempersiapkan aksi tawuran jumat nanti, di sebuah warung tempat biasa kami melarikan diri dari pelajaran sekolah yang membosankan. Aku menjadi bagian mereka, bagian yang tak diacuhkan. Keberadaanku di warung ini hanya karena aku tak suka menyimak pelajaran yang membosankan. Perihal tawuran dan segala kenakalan lainnya tak menjadi hal yang ingin kulakukan.
Di fase ini, aku menemukan semacam keyakinan, hal yang terus bergaung di kepalaku; aku akan mati muda. Aku percaya, aku akan mati di usia muda. Ini tidak ada hubungannya dengan bunuh diri atau semacamnya. Aku hanya percaya akan mati muda tanpa perlu melakukan apa-apa selain menjalani hidupku seperti biasa. Keyakinan ini terus tumbuh dalam kepalaku dan seiring waktu menjadi semacam angka-angka.
Aku akan mati di usiaku yang ke-27. Aku tidak tahu alasannya, kenapa 27, kenapa bukan 25, ini masih menjadi semacam misteri untukku. Ketika angka 27 terlewati, angka-angka itu berputar kembali. Aku akan mati di usia ke-35. Aku tidak bisa membayangkan jika hidup sampai 40 tahun atau lebih dari itu.
Aku tak ingin berumur panjang dan membenci seseorang yang mendoakanku berumur panjang. Tidak semua orang suka berumur panjang, aku salah satunya.
Jika aku tahu, aku masih hidup di usiaku yang ke-30, aku akan mengatakan pada diriku di usiaku yang ke-23, tetaplah jadi pemurung, pemurung yang riang. Membeli banyak buku untuk dibaca di waktu senggang, menonton lebih banyak film. Menenggelamkan diri dalam minuman hingga tersungkur dan tertidur di depan bar.
Berhenti mengkhawatirkan masa depan. Tidak perlu berusaha mengubah kesendirian. Tidak perlu memiliki banyak teman dan sesekali berkenalan dengan perempuan untuk sekadar keluar dari rutinitas kesepian. Jangan bermimpi untuk mencintai hanya satu orang dan mengharapkan kebahagiaan sebelum ajal datang. Bebaskan diri dari impian-impian standar, tentang cinta yang indah dan membahagiakan banyak orang.
Tetaplah jadi pemurung, pemurung yang riang. Pemurung yang tak gusar dengan kesepian, berdamai lebih cepat dengan kesunyian. Berhenti menuliskan kisah-kisah muram di blog, berhenti menulis untuk kesenangan. Menulis hanya untuk pekerjaan, cara mendapatkan uang untuk bertahan hingga usia ke-27. Tidak perlu melibatkan diri di media sosial yang merekam kata-kata sok bijak dan foto-fotomu yang seolah tampak bahagia.
*aku belum melewati usia 27. Semacam salam perpisahan jika tak melewati angka ini.


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar