Bu, bahagia
tak ubahnya pasar malam. Terdapat banyak wahana yang menawarkan sukacita.
Penjaja gulali yang menawarkan rasa manis. Dan kita selalu menjelma pagi, yang
tak pernah melihat dan mencicipinya.
Bu, bahagia
seperti hujan di musim kemarau yang panjang. Menyejukkan dan memberi harapan. Membasahi
tanah-tanah yang retak, menyuburkan tanaman. Dan kita selalu menjelma kemarau
yang lupa dikunjungi hujan. Hujan seperti sepasang kekasih yang baru berpisah,
marah, dan belajar tidak peduli.
Bu, bahagia
seperti langit-langit rumah yang bersih tanpa sarang laba-laba yang
memenuhinya. Dan kita hidup di bawah langit-langit kotor, tempat kesedihan
membangun sarangnya, menyebar seisi rumah hingga kita tak sanggup
membersihkannya.
Bu, bahagia
seperti melihat bunga-bunga bermekaran di pekarangan rumah. Warna-warni
menyejukkan mata. Kupu-kupu cantik beterbangan. Dan halaman rumah kita hanya
ditumbuhi rumput-rumput liar dan ilalang, menjalar dan tak enak dipandang mata.
Kesedihan lebih cepat merambat dan merusak.
Bu, bahagia
adalah memilikimu. Meski kesedihan selalu menetap lebih lama di rumah kita,
kuyakin tak ada kesedihan yang bertahan selamanya. Bahagia akan datang. Walau
sekejap, mari kita rayakan sebelum kesedihan singgah, mengambil alih bahagia, dan
merusak rumah kita.
0 comments:
Posting Komentar