Surat untuk Ibu;






Bu, bahagia tak ubahnya pasar malam. Terdapat banyak wahana yang menawarkan sukacita. Penjaja gulali yang menawarkan rasa manis. Dan kita selalu menjelma pagi, yang tak pernah melihat dan mencicipinya.
Bu, bahagia seperti hujan di musim kemarau yang panjang. Menyejukkan dan memberi harapan. Membasahi tanah-tanah yang retak, menyuburkan tanaman. Dan kita selalu menjelma kemarau yang lupa dikunjungi hujan. Hujan seperti sepasang kekasih yang baru berpisah, marah, dan belajar tidak peduli.
Bu, bahagia seperti langit-langit rumah yang bersih tanpa sarang laba-laba yang memenuhinya. Dan kita hidup di bawah langit-langit kotor, tempat kesedihan membangun sarangnya, menyebar seisi rumah hingga kita tak sanggup membersihkannya.
Bu, bahagia seperti melihat bunga-bunga bermekaran di pekarangan rumah. Warna-warni menyejukkan mata. Kupu-kupu cantik beterbangan. Dan halaman rumah kita hanya ditumbuhi rumput-rumput liar dan ilalang, menjalar dan tak enak dipandang mata. Kesedihan lebih cepat merambat dan merusak.
Bu, bahagia adalah memilikimu. Meski kesedihan selalu menetap lebih lama di rumah kita, kuyakin tak ada kesedihan yang bertahan selamanya. Bahagia akan datang. Walau sekejap, mari kita rayakan sebelum kesedihan singgah, mengambil alih bahagia, dan merusak rumah kita.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar