Dia
sering mengerutkan dahi ketika seseorang bertanya berapa umurnya. Matanya memandang
ke langit, mencari jawaban, seolah jawaban yang dicarinya ada di sana, tertulis
jelas di sana, sehingga dia hanya perlu membacanya tanpa perlu mengingat-ingat
usianya.
Terkadang,
ketika kepalanya disesaki banyak hal, spontan dia menjawab 24. Pada lain waktu,
saat kepalanya tak lagi riuh, dia menahan untuk menjawab, memikirkan ulang
pertanyaan, dan mengucapkan apa yang seharusnya diucapkan.
Dia
selalu merasa berumur 24 tahun. Seperti Kizuki yang berhenti pada usia 17
tahun, seperti Naoko pada usia 21 tahun (Norwegian Wood – Haruki Murakami). Dia
tak pernah berpikir seperti Watanabe, yang lahir berkali-kali. Ketika
sahabatnya bunuh diri pada usia 19 tahun, Watanabe mengalami kelahiran baru. Juga
ketika Naoko akhirnya menyerah setelah menjalani pengobatan dan bunuh diri pada
usia 21 tahun, Watanabe terlahir kembali. Bukan kelahiran seorang bayi dari
rahim perempuan, pikirnya.
Sayangnya,
dia tak seperti Kizuki dan Naoko, yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Dia masih bernapas, cukup sehat jika sakit kepala dan masuk angin tidak dihitung
sebagai sebuah penyakit. Dia dan sakit kepala berjodoh, seperti kekasih yang
diperuntukkan baginya. Yang lebih sering menyapanya, lebih sering datang
menemuinya. Bahkan, lebih sering daripada ucapan selamat malam dari kekasihnya
dulu.
24
bukanlah angka spesial baginya. Tidak ada pencapaian-pencapaian yang membuatnya
harus mengenang angka itu. Tidak ada luka yang dalam, yang membuatnya tak bisa melupakan angka itu. 24, baginya,
hanyalah akhir dari hidupnya. Ketika usianya belum mencapai angak 24, dia masih
menyimpan sedikit harap. Tentang masa depan, tentang hidup yang dijalaninya. Harapnya
tak banyak, dia takut banyak berharap.
Namun,
ketika usianya menginjak angka 24, dia memutuskan berhenti berharap. Memutuskan
mati dalam hidup. Kini, hidup yang dijalaninya hanya untuk dua hal, bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan dan menahan diri agar tak bunuh diri.
Dia
menginginkan kematian tetapi tak pernah berniat untuk mengakhiri hidupnya
dengan jalan bunuh diri.
.
0 comments:
Posting Komentar