saya baik-baik saja. tidak perlu
mengkhawatirkan saya. sebenarnya, saya ingin mengatakan, apa pun yang terjadi
dalam hidup saya, bukan tugasmu untuk mengkhawatirkannya, bukan jatahmu lagi. tapi,
terlalu egois rasanya meminta orang lain tak lagi mengkhawatirkan diri kita. saya
tak punya hak melarang seseorang mengkhawatirkan keadaan saya, seperti halnya
tak bisa meminta orang lain berhenti mencintai saya meski saya tak
mencintainya.
mengenai tulisan-tulisan kelam
yang kamu baca di blog ini, itu cara saya mengobati kelamnya pikiran saya.
kamu tahu, kepala saya dipenuhi benang-benang kusut, yang sulit dilerai. saya
menulis untuk melerainya.
kita memang tak menemukan kata
sepakat pasca berakhirnya hubungan kita. bahkan, jauh sebelum itu, saat kita
bersama, kita tak juga menemukan kesepakatan dan membuat hubungan kita
berakhir. kamu tetap ingin menjalin komunikasi, memastikan aku baik-baik saja.
memintaku menghubungimu saat aku sedang terpuruk. bersedia menjadi tempatku
berkeluh-kesah, tentang apa saja.
tapi, aku lelaki. aku tahu
rasanya jika seseorang dari masa lalu menghubungi kekasihku. Ada rasa marah dan
cemburu. aku tak ingin hal itu terjadi pada kekasihmu. aku tak ingin mengusikmu, mengusik
hubunganmu.
ada baiknya kita terus menatap ke
depan. tak perlu mengkhawatirkan hal yang sudah-sudah. saranku sederhana,
doakan saja yang terbaik untukku. aku tak pandai berdoa, malas berdoa. biarkan ini
menjadi kisah yang indah, tentang seseseorang yang selalu mendoakan mantannya. dalam
diam.
0 comments:
Posting Komentar