katamu, kita hanya sepasang kesepian, saling
menggenggam, saling menguatkan. Jangan menumbuhkan harap. Benih cinta tidak akan
tumbuh subur di hati kita.
Aku menyepakati kesepakatan yang kita buat, kamu buat tepatnya. Tidak ada
rasa, tidak ada harap. Murni hanya kebodohan, ketidaktahuan kita bagaimana
menghabiskan waktu dalam kesendirian. Sebuah upaya agar tak kesepian.
Katamu, dua orang yang tidak tahu cara berbahagia bukan paduan menarik
dalam sebuah hubungan. Bagaimana jika keduanya rapuh, lantas tak ada ceria di
antara kita. Tetapi, apa yang salah jika sebuah hubungan dibangun dua orang
pemurung. Apakah ada aturan di dunia ini yang melarang dua pemurung menjalin
cinta. Aku rasa, kamu hanya takut dan mengada-ada. Menciptakan alasan.
Tidak perlu meminta maaf. Penolakanmu bukan sebuah kesalahan. Kamu memilih
apa yang ingin kamu pilih, itu hakmu. Aku tidak akan meminta maaf. Pernyataan cintaku
bukan sebuah kesalahan. Aku memilih mengatakan apa yang aku rasakan, kupikir
itu hakku.
Semua akan baik-baik saja, seperti semula, katamu. Kamu tahu, aku tidak
baik-baik saja dan tidak mungkin kembali seperti semula. Kembali ke awal,
kembali hanya mengenalmu sebagai orang asing. Tidak ada rasa, tidak ada harap.
Cukup aku saja yang bodoh, kamu jangan.
Perlahan-lahan kamu akan sadar, aku sedang membuat jarak. Masih sejengkal,
masih bisa kautarik kapanpun kau mau. Jengkal demi jengkal tersusun setiap jam,
terus-menerus hingga kamu tidak lagi mampu menarikku, menggapaiku. Menjauh, terus
menjauh dan kita saling melupakan.
0 comments:
Posting Komentar