10/29/2015

Ingar-Bingar


Dia menuruni tangga panggung. Membawa Xylophone. Tubuhnya dibalut parka hijau yang warnanya hampir memutih, pudar akibat terlalu sering digunakan. Aku pernah memberinya parka berwarna biru tua. Namun, jarang dia kenakan. Aku lebih nyaman mengenakan pakaian usang, katanya. Di balik parka, dia memakai kaus putih bergaris hitam yang bagian lehernya sudah kendur. Yang tak mengenalnya akan mengira, dia tak pernah berganti baju. Di panggung, di  tempat nongkrong, di perjumpaan yang tak sengaja dengan teman-temannya, di [.....]

10/26/2015

jurus gagal




Temanku mengatakan, cara terbaik melanjutkan hidup setelah patah hati adalah mengobati lukanya. Sampai bagian ini, aku setuju. Kecewa, luka, dan kesedihan yang menumpuk akan mengerogoti hidup. Kita bisa saja menutup mata, berpura-pura menyelesaikan semuanya. Beraktivitas seperti biasa, lalu, pada saatnya, akan ada rasa tak enak yang mengganjal, yang sulit kita telusuri karena terlalu banyak kekecewaan dan luka yang disembunyikan dan belum disembuhkan. Bagaimana caranya? Sebelum pertanyaan itu kuajukan, temanku sudah lebih [.....]

10/25/2015

surat semesta


Kepada Hujan; Tolong datanglah dengan rintik-rintik. Gerimis. Jangan langsung menderas. Ibuku sudah 70 tahun, renta. Tak akan sanggup jika harus berlari mengambil pakaiannya yang dijemur di halaman rumah. Aku takut dia terjatuh saat berjalan terburu-buru. Halaman rumahku ditumbuhi rumput-rumput liar yang akan menjadi licin jika terkena curahanmu. Ibuku dengan tubuhnya yang rapuh akan mudah tergelincir, jatuh, lalu sakit. Hujan, datanglah dengan tanda. Ayahku sudah pikun. Tubuhnya tentu saja renta, dia lima tahun lebih tua [.....]

10/19/2015

Suara Awan


“Bisakah kita mengekalkan ingatan?” Aku sadar, ingatan kita terus memudar. Memuai. Tertimpa satu per satu cerita baru, tertindih kisah-kisah baru. Tergeser kenangan-kenangan yang lebih muda, yang berdiri lembut di sudut pikir, yang perlahan-lahan terlepas dengan jejak langkah kaki kita. Jejak langkah baru, kisah baru, cerita baru dan ingatan-ingatan kita menguap. “Ingatan seperti apa yang ingin kamu kekalkan?” “Tentang ibuku.” “Aroma kunyit?” tanyanya. “Ya, aroma kunyit.” Nai pernah membangunkanku dengan nasi goreng kunyit. Aromanya [.....]