kerdil


Sedang memikirkan tuhan dan manusia-manusia lalu tak menemukan apa-apa.
Dua manusia sungguh kecil jika dihadapkan pada miliaran manusia yang hidup di dunia ini. Terlebih jika dihadapkan pada tuhan. Namun, sebenarnya kita memiliki kemampuan menjadi besar dengan porsi yang kita pilih. Tapi seringkali keinginan itu kalah dengan rasa takut, melawan mayoritas membuat kita gugup dan akhirnya menyerah lalu kalah.
Barangkali ego yang membuat kita merasa mampu memiliki segala yang kita inginkan. Lalu kita dibenturkan pada kenyataan bahwa kita tidak mampu memiliki semuanya. Kita dibuat takluk, dipaksa menyerah dan mengakui ketidakmampuan kita.
Ego yang besar harus tunduk di bawah dinding-dinding kebahagiaan orang-orang tersayang. Melepaskan keinginan yang sudah mengakar dan membuat semacam harapan, kebahagiaan dapat diraih di kemudian hari. kita merasa dipaksa melepas atau sebenarnya kita yang melepas karena tak berani memanjat dinding-dinding yang dibuat itu. kita menyalahkan orang lain, mungkin mereka memang salah tapi kita tidak ada bedanya dengan mereka ketika membiarkan kesalahan itu tetap diwariskan dari waktu ke waktu.
Mungkin naif atau pasrah, tapi mungkin juga benar adanya. Jika jodoh, pasti memiliki titik temu. Jika bukan, sekeras apa pun berusaha tetap tidak menemukan jalan. Kita mungkin berpikir kalau kita berjodoh, nyatanya bukan. terlalu cepat meletakkan titik pada sebuah hubungan, nyatanya hanya tanda koma. Kita diminta melanjutkan dengan atau tanpa kita. melanjutkan kalimat demi kalimat hingga mencapai titik.
Tidak ada rumus pasti, tidak ada pola khusus.
Dari semua pemikiran yang saling tumpang tindih di dalam kepala, saya tak menemukan apa-apa. tak bisa menyalahkan siapa-siapa, termasuk diri saya sendiri. ingin rasanya menyalahkan orang lain atau menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan tuhan sesekali meski kita tahu tak akan berguna karena tuhan tidak bisa didikte dan kita tidak tahu cara kerja tuhan.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar